Minggu, 24 Januari 2016

Dear Bapak dan Ibu, ai

11/07/2015

Dear bapak dan ibu

Saya langsung aja karena saya nggak pandai basa basi,
Begini, saya tertarik, cinta dan ingin serius dengan ismia, jadi saya ingin meminta ijin untuk mendekati ismia lebih dari teman.

Seperti yang sudah bapak ibu tau, saya sudah berteman dengan ismi sejak di SMA, kurang lebih sudah hampir 1o tahun saya mengenal ismi dari pertama saya bertemu dia.

Selama 10 tahun itu sendiri pertemanan kami memang tidak selalu mulus, namanya juga manusia, ada renggang, ada sakit, air mata dan kerikil lainnya. Sangat manusiawi, namun akan tidak baik saat kerikil tersebut menjadi halangan untuk melanjutkan silaturahim. Apalaagi kerikil tersebut datang dari luar kami berdua. Mungkin bapak ibu sudah tau bahwa saya lama tidak main kerumah, bukan karena saya tidak mau atau sudah tidaK berteman dengan mia, namun justru karena dalam hampir 1 tahun ini banyk cobaan yang sedang saya hadapi. Ditambah niat tahun lalu untuk menjalani keseriusan bersama ismia membuat saya harus kerja lebih keras untuk menabung dan mempersiapkan jenajng lebih serius. Namun kemunduran atau hilangnya saya dari peredaran dimanfaatkan beberapa pihak yang pernah saya sakiti juga untuk memecah saya dan ismi. Akhirnya saya dan ismi makin jauh secara silaturahim. Saya bisa saja berhenti, namun kok Alhamdulillah masih disadarkan Allah, kalau saya belum berikhtiar dengan benar.

Nah meminta ijin bapak dan ibu untuk mendekati ismi ini adalah salah satu jalan pertama saya untuk berikhtiar dengan benar. Saya ingin kembali bersilaturahim dengan ismi, berteman dan melanjutkan ke jenjang yang lebih serius. Mungkin pertanyaan muncul kenapa baru sekarang, pertama karena dari dulu saya sadar diri saya belum cukup mampu untuk dikatakan serius, masih sekolah, masih anak-anak dan masih belum mantap. Seiring berjalannya waktu dan bertambahnya usia dan pengalaman, insya Allah saya dsudah merasa siapdan  memberanikan diri untuk meminta ijin ini sebagai bukti keseriusan saya.

Tentu saya sadar betul konsekuensi dari ini. Dari pribadi bapak ibu sebagai orang tua dan isminya sebagai yang menjalani. tidak serta merta dengan saya meminta ijin lalu bapak dan ibu mengijinkan, setelah bapak ibu mengijinkan tidak serta merta ismi mau membuka diri. Namun itu adalah resiko dari keseriusan saya. Mungkin saya akan sakit, akan kecewa, akan lama, tapi insya Allah niat dan ikhtiar saya masih lurus, dan kemungkinan akan berhasil juga tidak tertutup.  Bisa jadi bapak ibu mengijinkan, ismi nya sendiri akhirnya mau membuka diri, dan akhirnya bisa saya lanjutkan ke jenjang meminta ismi untuk menjadi istri saya dan membicarakan pernikahan. Semua kemungkinan bisa terjadi itu kenapa saya memberanikan diri untuk berikhtiar lebih serius.

Dengan saya meminta ijin mendekati ismi ini tidak membuat ismi kehilangan kehidupan pribadinya. Ismi tetap masih akan berteman dengan pria manapun, jalan dengan siapapun, atau mungkin masih terikat pacaran mungkin dengan siapapun. Saya tidak punya hak sedikitpun melarang maupun mencampuri kehidupan pribadi ismia. Saya hanya ingin bapak ibu tau kalau saya mendekati sekarang lebih dari teman, jadi ismia akan merasa terganggu, marah, kesal dikarenakan beberapa bulan ini hubungan silaturahim kami berdua buruk.  Jadi bapak itu tau kondisinya dan niat saya sepenuhnya karena saya sebutkan dari awal. Kalaupun nantinya saya menyerah saya juga akan bilang ke bapak ibu bahwa pendekatan serius saya berakhir dan hubungan saya dan ismi hanya berteman.

Saya harap bapak dan ibu mengerti niat saya dan memberikan keputusan yang sejujurnya. Tidak masalah apapun jawabannya yang penting adalah niat dan usaha sudah saya lakukan. Kapanpun jawabannya saya tunggu. Saya sudah menganggap bapak dan ibu adalaah orang tua saya karena disadari atau tidak bapak dan ibu ikut membantu saya menjadi diposisi saya sekarang.  Jadi apapun jawaban bapak ibu tidak akan mempengaruhi hubungan silaturahim saya dengan bapak ibu maupun ismia.
Makasih ya bapak ibu, ai.


NB: insya Allah saya siap dengan keseriusan saya karena saya sudah mempersiapkan dan menbaung materi untuk menikah. Mulai dari rumah, hingga DP gedung pernikahan. Untuk mental, saya banyak belajar mengendalikan emosi dan sering ke psikolog untuk membantu mengurangi  penyakit saya. Seperti yang bapak dan ibu tau, saya bukan sempurna, saya juga ndak bergelimang harta, namun saya berusaha dan bekerja keras untuk mewujudkan apa yang saya impikan.  Jaid semoga bapak dan ibu bisa memberi pertimbangan dan jawaban searif dan sejujur jujurnya.

Tidak ada komentar: